Aku manusia biasa, aku butuh manusia lainnya. Aku butuh interaksi. Tapi apalah daya, sifat introvet lebih dominan dalam diriku. Aku tak tahu apa ini rasa malu yang berlebihan atau apa. Aku malu melangkahkan kaki keluar rumah. Malu bertegur sapa dengan orang sekitarku. Aku merasa tak pantas berada di sekitar mereka. Jikapun aku memaksakan bergumul yang terjadi hanyalah obrolan canggung yang jauh dengan keakraban. Ntah, sampai saat ini aku hanya bisa mengurung diri dalam kamar. Bergumul dengan laptop dan gadget. Tapi bukan ini yang aku inginkan. Aku butuh bersosial. Bukan bersosial media. Aku butuh ngobrol dengan manusia, bukan dengan perantara aplikasi. Ah sudahlah. Keinginanku tak sebanding dengan keberanianku menampakkan wajah pada orang di sekitarku. Payah!
~~**** khairunnas anfa'uhum linnas ****~~
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain. Sampai detik ini aku tak bisa memberi apapun pada lingkunganku. Payah, mungkin orang sepertiku tak pantas lagi untuk hidup. Mungkin orang sepertiku lebih pantas untuk diasingkan atau dibuang karena tak bisa memberi manfaat apapun. Tapi dalam hati kecilku, aku ingin bisa memberi manfaat kepada orang sekitarku, walaupun hanya sedikit. Tapi aku tak tahu bagaimana bisa memulai langkah itu. Aku terlalu kerdil, aku terlalu penakut untuk melangkah sendiri. Payah!
~~**** segelintir lamunan ****~~
Dalam lamunanku, dalam bayangan akan sebuah mimpi. Aku ingin berhijrah ke suatu tempat dimana aku bisa memulai hidup baru. Bisa memberikan manfaat pada lingkunganku yang baru. Bisa bergumul dengan manusia lain. Bisa hidup berdampingan. Ah, lamunan ini terlalu jauh. Apa bisa. Aku hanya orang kerdil yang keluar di teras rumahpun malu, apalagi hijrah di tempat asing. Payah! Sungguh payah diriku ini. Mungkin lamunanku terlalu jauh, tapi aku tetap berharap di lubuk hati yang terdalam lamunan ini bisa terwujud hingga aku bisa bermanfaat untuk orang lain.