Selasa, 02 Januari 2018

Tahun Baru Tanpa Sesuatu yang Baru

Tak terasa sudah 2018. Rasanya 2017 begitu cepat berlalu. Banyak sekali kejadian yang terjadi di tahun 2017 sampai-sampai tak terasa sudah banyak yg terlupakan. Rasanya baru bulan Januari 2017 lalu membuat status 'maret merit' ternyata nggak kesampean di bulan maret 2017 yang lalu. Dan sekarang sudah di bulan Januari 2018. Lantas apa harapan saya di tahun 2018 ini?

Rasanya dalam diri ini sudah dipenuhi dengan kepesimisan. Semangat mengejar karir sudah tidak seperti dulu. Semangat coding juga sudah tidak seperti dulu, walaupun rasanya meriang jika tidak coding dalam sehari saja. Harapan saya semoga di tahun 2018 ini saya bisa menyelesaikan tesis saya dan bisa wisuda sehingga bisa menyandang gelar magister. Ingin segera mengabdikan diri di dunia pendidikan. Semoga dimudahkan, Aaamiiin...

Tak ada yang baru di tahun 2018 ini. Semua terasa sama saja. Tak ada yang berubah, tak ada yang bertambah kecuali berat badan dan masalah. Namun di sini saya tidak akan menguraikan masalah yang saya hadapi. Saya sedang berikhtiar untuk tidak mengeluh kepada siapapun dan berusaha untuk menghadapi setiap masalah sendiri. Pusing memang, tapi sudah biasa.

2-3 tahun silam pernah kutuliskan sebuah resolusi untuk membuat kantor yang bisa menampung banyak orang untuk belajar dan ngeTim. Resolusi itu juga sudah kesebutkan jika telah tercapai di tahun 2016 pada posting sebelumnya. Namun karena saya yang tidak pawai mengelola anggota, tujuan yang semula ingin saya capai, belum tercapai sepenuhnya hingga hampir 2 tahun berjalan.

Perusahaan yang dibangun juga tak kunjung menemukan profit. Tim yang dibentuk juga tidak solid. Semua berjalan terseok-seok. Seolah2 wow namun pada kenyataannya mati segan hiduppun tak mampu. Beberapa anggota mulai menunjukkan kebosanannya pada kondisi stuck ini.

Yah, mau bagaimana lagi. Mobil jika mau berjalan dengan normal harus mempunyai 4 roda. Yang mana roda harus seimbang. Tak boleh ada yang bannya kempes atau bocor. Begitu pula ketika tim ingin berjalan sesuai rencana, harus seimbang peranan dan semangatnya. Jika hanya 1, maka nasibnya akan seperti mobil yang ketiga bannya kempes. Jangankan jalan, didorong pun akan berat.

Lantas, mau diapakan mobil yang bannya kempes itu? Jika ingin terus berjalan maka ban tersebut harus ditambal atau diisi angin. Namun jika tidak, maka museumkanlah mobil itu dan beli mobil yang baru. Seperti juga tim ini, jika tak mampu lagi diperbaiki sudah sepatutnya membentuk tim baru yang mempunyai semangat yang sama. Yang bisa bertahan dalam keadaan sesulit apapun. Namun, sepertinya sudah sangat sulit. Dan saya sudah tidak mempunyai mimpi lagi untuk membuat sebuah tim. Karena polanya akan sama, yaitu bubar.

Well then, di tahun 2018 ini tidak ada ambisi mengejar profit/earning seperti dulu lagi. Karena sudah tahu rasanya, sama saja. Punya uang 100jt di dompet dengan 50rb di dompet rasanya sama. Yang dimakan juga tetap makanan di warteg yang cukup dibayar dengan lembaran 20rb an atau bahkan di bawah 10rb.



So, di tahun 2018 ini saya hanya ingin berbuat lebih banyak kepada orang lain. Membimbing dengan serius kakak ipar yang ingin terjun di dunia IM. Membimbing teman2 lainnya yang benar2 serius ingin belajar. Menghabiskan waktu dengan mereka yang mempunyai semangat menggebu2 rasanya ada kemantapan dalam jiwa. Kebanggaan menjadi pilar kesuksesan mereka rasanya tak ada duanya. Semoga Allah selalu memberikan kekuatan untuk terus mengabdikan diri kepada ilmu yang saya tekuni agar berguna kepada yang lain meskipun sedikit.

Menikah? Jika dulu keinginan menikah begitu menggebu2, sekarang keinginan itu sudah terkontrol dengan baik. Walaupun satu persatu teman sudah ditakdirkan Allah untuk menikah terlebih dahulu. Tidak ada rasa iri dengki seperti dahulu ketika melihat teman sudah dipertemukan dengan pasangan hidupnya. Hati juga sudah tenang tidak gusar lagi, apalagi ketika sahabat terbaik menemukan bidadari surganya. Rasanya begitu bahagia campur haru. Kebahagian melihat sahabat terbaik menemukan kebahagiaannya. Menahan air mata haru bahagia melihat sahabat terbaik menemukan teman hidupnya. Rasanya tiada tara.

Bukan. Bukan saya sudah tidak ingin menikah. Tetapi lebih tepatnya, sepertinya belum pantas untuk menikah. Lebih banyak bercermin dan banyak belajar. Semoga di tahun ini Allah mempertemukan saya dengan dia yang dituliskan di lauhul mahfudz Nya. Aamiiin....